Aku sering bertanya-tanya, kebaikan apa yang dulu pernah kulakukan sehingga Allah membalasnya dengan kehadiranmu dalam hidupku? Sampai sekarang aku belum menemukan jawabannya kecuali anggapan bahwa semua ini adalah murni kasih sayang pemberian dari-Nya. Dulu aku tidak percaya ada laki-laki sepertimu. Sebab memang tidak pernah aku temui yang sesempurna engkau selama hidupku. Sempurna menurut doa yang kupanjatkan pada Tuhanku beberapa tahun yang lalu. Kau adalah pria yang tatapannya selalu mampu membuatku merasa dicintai. Aku selalu merasa aman bila ada kau di dekatku. Kau adalah pria yang doa-doa baiknya senantiasa mendekapku sebelum aku jatuh tertidur. Kau pasti menghentikan aktivitasmu bila melihatku mulai murung. Lalu kau mendekat dan memelukku seolah tak ingin kesedihan sekecil apapun hinggap lama-lama dalam benakku. Kau tak pernah tega melihatku kelelahan. Tanganmu menengadah, selalu siap kalau-kalau aku membutuhkan bantuanmu. Seletih apapun engkau dari pekerjaan ...
Sudah hampir sepuluh hari saya berada di Jungpasir, mengobati kerinduan saya terhadap rumah dan seisinya. Malam ini dan malam Minggu lalu saya menyadari ada suara yang berbeda di sini. Kalau lantunan orang tadarus tiap malam di bulan Ramadhan dan lantunan Al-Barzanji tiap malam di bulan Maulid sih sudah biasa. Dan kalau tiap malam Jum’at tiap speaker musholla diramaikan oleh lantunan Al-Barzanji juga biasa. Masalahnya ini tiap malam Minggu loh ada lantunan bacaan Qur’an. WOW. Kata orang tua saya itu program dari desa, khataman Qur’an bergilir tiap minggu dan dikhatamkan tiap malam Minggu di masjid kebanggan kami, Masjid Al-Azhar. Malam Minggu membawa ingatan saya menuju saat-saat sebelum menikah kurang lebih setahun punjul yang lalu. Karena saya sudah menikah, bolehlah kiranya saya menuliskan hal yang mungkin bagi sebagian orang sungkan untuk membahasnya. Tapi bagi pasangan halal atau yang mau menuju halal, kuy belajar tentang proses pembuatan anak (yang tidak asal...