Kepulangan Beliau Memulai Segalanya
Pada hari Senin di penghujung Desember (26/12) setelah
saya mengirimkan revisian, beliau mengatakan kalau besok Rabu sudah di Jogja.
Seperti petir menggelegar di musim kemarau, antara kaget, takut, dan senang
bercampur jadi satu. Kaget karena tiba-tiba pulang, takut karena saya seperti
belum siap, senang karena artinya saya tidak harus bimbingan jarak jauh lagi.
Jum’atnya, tanggal 30 Desember saya segera menemui
beliau di kampus untuk pertama kalinya bimbingan resmi secara langsung. Saat
itu saya mengecewakan beliau karena banyak PR-nya yang belum saya kerjakan
seperti melengkapi borang bimbingan, tanda tangan, mencari tau di buku ini di
buku itu, dan saya terima dengan legowo kejengkelan beliau akibat kelalaian
saya menunda-nunda melakukan semuanya hingga terlena. Niatnya, paginya saya mau
selesaikan, eh tapi jam 11 laptop saya tiba-tiba tidak mau nyala. Hahaha
Berbekal proposal yang sudah mengalami berkali-kali
revisi, beliau langsung menyuruh saya segera ambil data. Saya sanggupi dalam
waktu satu malam saya selesaikan pertanyaan kuesioner untuk segera bisa disebar setelahnya. Selama seminggu saya masih sempat liburan sekaligus
mengumpulkan data agar segera bisa mengerjakan bab selanjutnya.
Pertemuan pertama dengan beliau, seperti di
pesan-pesan elektronik sebelumnya, beliau memotivasi saya agar bisa sidang
Februari awal. Saya hanya aamin aamin kan saja seperti yang lalu-lalu tanpa
pikir panjang.
Mengerjakan Bab 2 sampai Bab 5
Saya mengerjakan bab 2 dengan
santai. Tanggal 23 Januari saya mengajukan bimbingan dengan beliau. Hujan badai
waktu itu (yang mana ada berita tiga pohon ambruk salah satunya di depan Toga
Mas Kotabaru), tapi saya terjang karena dosen saya tersebut tidak mungkin
melanggar janji, selalu tepat waktu, dan apalagi beliau hanya di kampus ketika
saya mau bimbingan.
Basah kuyup saya sampai di
ruangannya. Bahkan bab 2 yang ingin saya serahkan untuk beliau koreksi basah
ujungnya karena saking derasnya hujan dan angin kala itu. Dan sedihnya saya
ketika beliau berkata bahwa beliau pikir saya ingin bimbingan bab 2—5 padahal
saya hanya mengerjakan bab 2. Kerjaan saya tetap beliau koreksi, tapi saya
tetap sedih karena sekali lagi mengecewakan beliau. Setelah itu beliau meminta
saya mengerjakan sampai bab 5 baru menemui beliau. Lalu saya bertekad, semua
akan selesai di minggu kedua bulan Februari tepatnya sebelum tanggal 11
Februari.
Hari-hari selanjutnya saya bertekad
akan mengerjakan ini dengan cepat dan maksimal. Pagi—sore dari Senin—Jum’at
saya habiskan di perpustakaan, berangkat pukul 08.00 pulang paling cepat pukul
15.30 karena masih harus mengajar privat setiap hari. Bab 3 saya kerjakan dalam
waktu 5 hari, Sabtu Minggu untuk perbaikan. Bab 4 dan 5 saya kerjakan dalam
waktu seminggu.
Senangnya saya karena estimasi saya tepat, pekerjaan
selesai sesuai target, dan tanggal 10 saya sudah menyerahkan bab 1 sampai bab 5
saya untuk dikoreksi dosen pembimbing saya. Tanggal 13, dosen saya mengirim
pesan via wasap bahwa saya sudah boleh mendaftar sidang. Skripsi sudah dibaca,
beliau juga sudah siap tanda tangan. Beliau menyarankan saya segera seminar
besok paginya yang berarti tanggal 14. Saya langsung lari dari perpustakaan
pusat ke FIB. Yang benar saja besok seminar dan saya belum menyiapkan apapun.
Di tengah perjalanan berlari saya, beliau mengirim pesan lagi, seminar besok
Kamis saja tanggal 17. Huft, lega saya. Dari sini lah kemudahan atau
keberuntungan-keberuntungan yang Allah berikan baru saya sadari, dan masih
terus berlanjut hingga sidang, bahkan pasca sidang. Begini ceritanya.
Seminar dan Sidang
Dosen saya sudah menentukan tanggal waktu seminar dan
sidang. Padahal normalnya, sekretaris jurusan lah yang menentukan tanggal dan
waktunya. Oleh sebab itu, saya yang berkomunikasi pada sekretaris (yang
untungnya teman-teman saya sendiri) perihal jadwal tersebut. Untuk seminar,
langsung disetujui, tapi untuk sidang tidak bisa karena harus menunggu jadwal
dosen penguji 1 dan 2 yang pada saat itu belum ditetapkan. Saya sendiri belum
membuat cover, kata pengantar, daftar isi, abstrak, dan apa-apa yang berhalaman
angka romawi.
Saya buat deadline lagi: dua hari melengkapi skripsi,
satu hari yaitu Kamis (hari libur pilkada) untuk mempersiapkan seminar.
Alhamdulillah lagi-lagi lancar dan berjalan sesuai estimasi saya.
Selesai seminar, saya langsung melengkapi berkas untuk
sidang. Maka hari itu juga teman saya yang juga sekjur mengajukan surat sidang
kepada Pak Ketua jurusan untuk kemudian beliau memilihkan dosen penguji. Ada
satu syarat yang belum saya lengkapi, ttd DPA. Ketika saya dan teman saya yang
sekjur tadi hendak mengambil berkas yang terlanjur terkumpul tersebut, secara
tidak sengaja saya bertemu Pak Ketua jurusan. Di sini keberuntungan lagi-lagi
menghampiri, beliau menanyakan ingin diuji oleh siapa besok pas sidang. Yak,
hari dan jamnya request, sekarang dosen penguji adalah hasil request juga.
Siapa yang saya ajukan? Adalah dosen-dosen yang tahun lalu menguji kakak
angkatan saya yang diam-diam menjadi pembimbing saya juga dalam pembuatan
skripsi saya ini.
Sidang
Tanggal 21 itu sidang berlangsung. Entah kenapa saya
sama sekali tidak dihinggapi perasaan gerogi sebagaimana ketika seminar 4 hari
yang lalu. Dari malam sampai pagi gerimis tak henti mengguyur. Saya berangkat
ditemani Mbak Nailil dan rintik hujan. Sepi di ruangan. Lalu dosen saya datang
paling awal sebelum dua penguji lainnya. Beliau mengatakan bahwa skripsi saya
sudah cukup bagus, bahasanya enak dibaca, dan tidak ada kesalahan yang berarti.
(Yang ini saya sungguh hampir tidak percaya. Skripsi dari bab 2—5 dikerjakan
sendiri, selesai langsung daftar sidang. Olh karenanyasaya sudah mempersiapkan
hati jika nanti harus revisi banyak-banyak). Akan tetapi hasil akhir tergantung
pada dua dosen penguji nanti, lanjut beliau. Perkataan beliau sudah cukup
menghilangkan rasa cemas saya. Tak henti saya berdoa dengan surat Toha ayat
25—28 agar lisan saya dimudahkan menjawab semua pertanyaan dari dosen penguji.
Pukul 10.15 saya diminta masuk ke ruangan, presentasi
dimulai. Untuk kesekian kalinya saya merasa dimudahkan. Kelu sama sekali tak
keluar dari lidah saya. Presentasi mengalir dengan suasana tenang dan kondusif.
Dosen penguji utama paling banyak mengajukan pertanyaan. Alhamdulillah semua
bisa terjawab dengan baik. Dosen penguji kedua selaku ketua penguji hanya
mengoreksi beberapa penggunaan bahasa Inggris saya yang keliru dan satu kata
yang typo, yaitu di halaman sampul dan abstract.
Dosen penguji ketiga sekaligus pembimbing skripi saya menanyakan perihal data
dan beberapa pertanyaan lain seputar pengerjaan skripsi sekaligus manfaat
secara pribadi yang saya dapat.
Pukul 11.01
saya sudah diperbolehkan keluar untuk menunggu hasil perhitungan nilai akhir
dari para dosen penguji. Teman-teman menyambut saya dengan wajah cemas
sementara saya hanya tersenyum-senyum cerah. Mereka tak percaya sidang selesai
dalam waktu 45 menit. Beberapa menit kemudian saya dipanggil lagi untuk
diberitahu hasilnya. Semua berjalan dengan baik dengan hasil yang cukup untuk
menyenangkan hati orangtua. ^_^ Terima kasih ya Allah.
Di Belakang Layar
Saya merasa sangat beruntung memiliki teman-teman yang
baik yang menawarkan segala jenis bantuan dan rela meluangkan waktunya untuk
menemani saya berproses dan hadir mendampingi atau sekadar mengucapkan selamat
di hari itu. Setiap saya ke perpustakaan pusat untuk mengerjakan skripsi, selalu ada saja teman yang menemani, entah itu teman pondok entah itu teman kampus, atau dua-duanya. Lalu Khumayroh teman saya menawarkan bantuan untuk menyunting naskah
skripsi saya malam sebelum seminar. Hal itu cukup membantu meminimalisasi
kesalahan-kesalahan saya meskipun hanya di bab 1. Ainun menawarkan diri
mengurus perihal konsumsi dosen di hari sidang. Ia cukup membantu memberi saran
atas pilihan saya. Akhirnya dia yang beli semuanya. Yenni bagian membeli
brownies untuk teman-teman yang akan hadir di hari itu. Mbak Nailil bersedia
mendampingi saya sejak berangkat sampai pulang. Atas semua itu, saya merasa
sangat terbantu karena tadinya saya sudah berniat tidak ingin merepotkan siapa
pun. Terima kasih Ya Allah.
Pasca Sidang
Seperti yang saya katakan
sebelumnya, saya sudah sangat legowo jika nanti harus revisi banyak-banyak. Tapi
ternyata ketetapan Allah berkebalikan dengan bayangan saya. Tidak banyak revisi
dari para dosen penguji. Oleh karenanya saya dapat menyelesaikan revisian dalam
waktu satu malam. Esoknya saya langsung meminta tanda tangan dosen pembimbing
saya. Beliau bilang, “Minta ttd dosen yang lain ga usah hari ini ya, seminggu
lagi aja biar ga dikira buru-buru.” Sempat ngobrol beberapa saat dengan dosen
saya itu. Beliau juga bilang, “Nasibmu kok bagus banget sih, ngurus apa-apa
mudah. Saya juga nggak pernah marah kan ke kamu? Padahal ada lho mahasiswa
bimbingan yang saya marahi.” Tidak berhenti di situ, dosen saya meminta saya
menjadi guru privat putri-putrinya yang berjumlah tiga orang. Dan seminggu
kemudian, saya dipermudah lagi ketika meminta tanda tangan dua dosen penguji
lainnya. Tidak berbelit, tidak menunggu lama, mereka juga banyak memberi saran
untuk ke depannya. Terima kasih, Allah.
Epilog
Kepada orang-orang yang berpendapat
bahwa jurusannya sulit sedangkan jurusan saya mudah, bukankah kita sama-sama
sudah kuliah setidaknya 6 semester di jurusan kita masing-masing? Adalah hal
yang wajar kalau saya bisa menyelesaikan skripsi saya, dan wajar juga kalau
kamu menyelesaikan skripsimu. Yang tidak wajar adalah kalau saya mengerjakan
skripsimu atau kamu mengerjakan skripsi saya. Setiap jurusan punya kesulitan
masing-masing. Meremehkan orang lain adalah tanda bahwa kamu mengerdilkan
dirimu sendiri, oleh karenanya kamu sibuk mencari pembelaan.
Kepada orang-orang yang masih banyak
beralasan, sesungguhnya tekad itu ada dalam diri masing-masing. Tidak perlu
menyalahkan orang lain, apalagi dosen. Kerjakan saja skripsimu, cari referensi lain,
tanya kakak angkatan, dan menulislah.
Mengesampingkan pertanyaan di awal
mengenai apakah jika selalu diberi kemudahan adalah tanda bahwa Allah tidak
sayang, saya yakin keberuntungan ini bukan tanpa alasan. Di balik setiap
kemudahan selalu ada sebab atau bahkan akibat. Yang saya tahu, doa ibu
mempermudah segalanya. Ibu adalah orang yang selalu kutelepon dan kusms hanya
untuk mendoakan dan mendoakan kemudahan bagi saya. Meskipun tanpa diminta pun
dengan sendirinya beliau selalu berdoa. Akan tetapi, meminta doanya setiap hari
akan membuatnya merasa dibutuhkan dan mengetahui bahwa dirinya begitu berarti
bagi anaknya. Percaya lah, doa orang tua akan menuntunmu meniti kesuksesan, dengan
disertai usaha diri sendiri tentunya. Ada juga doa dari teman-temanmu, guru-gurumu, atau bahkan doa-doa baik yang kau panjatkan untuk teman-temanmu sehingga berbalik kepadamu. Kita tidak tahu siapa di antara kita yang doanya akan dikabulkan oleh Allah. Oleh karena itu, memintalah doa pada siapa saja sekalipun dia orang yang kita tidak kenal.
Allah,
mohon jangan berhenti memberi kemudahan atas setiap langkah hamba. Kalau
kesulitan adalah cobaan dan tanda sayang, maka jadikanlah setiap kemudahan
adalah sebagai bentuk rasa sayang sesungguhnya dari-Mu. Atau sebagai caramu
menguji rasa syukur para hamba-Mu Aamiin…
Comments
Post a Comment