Tidak terhitung berapa jumlah orang yang pernah curhat dengan
saya bahwa mereka belum bisa move on dari hal-hal buruk dan orang-orang yang
mereka sayangi, mulai dari putus cinta sampai yang cukup berat menurut saya
yaitu ditinggal nikah orang yang menjalin hubungan cukup lama hingga sempat
dibuat hamil olehnya.
Satu yang selalu saya katakan pada mereka, “Stop
talking about him! Stop thinking about him! Di depan sana ada banyak laki-laki
yang lebih kece dari dia. Kamu akan rugi melewatkannya kalau kamu gak berhenti
mikirin orang-orang gak berguna yang nyakitin kamu.”
Mendengar semua cerita selama ini, saya menyimpulkan bahwa
melupakan dengan mudah adalah sebuah anugerah. Karena tidak semua orang diberi
anugerah untuk mudah melupakan. Melupakan di sini adalah kata
kerja (v), bukan kata sifat lupa (adj). Dan melupakan adalah
tingkatan tertinggi dari memaafkan.
Memaafkan-Berdamai- Melupakan
Orang yang belum bisa melupakan barangkali belum bisa berdamai
atau bahkan memaafkan, baik orang lain, masa lalu, atau bahkan
dirinya sendiri. Saya harus banyak-banyak bersyukur pada Tuhan bahwa saya
diberi anugerah untuk melupakan dengan mudah. Jangankan soal percintaan, bahkan
kenangan-kenangan buruk yang saya tidak ingin ingat-ingat pun terhapus
jauh-jauh hari dari memori saya. Dan pada orang-orang yang terlibat dalam
kenangan tersebut, saya anggap mereka memulai hidupnya dari awal seperti baru
kenal.
It’s easy to forget things you don’t need
anymore. – Haruki Murakami
Dan kalau boleh menengok jauh ke belakang, tentang air mata
penantian dan kepercayaan yang terabaikan, tentang diam yang melukai satu sama
lain, tentang segala hal lain yang juga harus selalu ditanggung sendirian, dan
tentang kehampaan yang selalu berusaha ditepiskan serta berpura-pura tegar demi
melihat wajah lega orang-orang sekitar –saya tidak akan menyesal dan justru
bersyukur atas telah berhasil melewatinya dengan senyum tanpa mengingat-ingat
bekas luka.
Tidak banyak yang tahu kalau
sebenarnya saya kerap terluka sendirian. Karena walaupun terlihat seperti
pribadi yang sangat terbuka, saya bukanlah manusia yang pandai menyampaikan
kesedihan saya pada orang lain. Tapi saat saya merasakannya, saya hanya perlu
menerima kesedihan itu. Saya akan menangis, tapi itu tidak akan membuat saya
berhenti tersenyum setelah berhasil melewatinya. Tidak ada yang mengatakan
bahwa manusia tidak boleh merasa sedih dan kesepian, yang tidak boleh dilakukan
adalah membiarkan mereka bertahan terlalu lama dalam hatimu. Kamu hanya perlu
memberi mereka jalan untuk melewati hidupmu, dan berhenti keras kepala dengan
menahannya. Maka mereka pun akan terlewati.
Segala yang menyakitkan, haruslah dilalui agar kita bisa
sampai pada kebaik-baik saja-an. Kebanyakan mereka yang tetap tenggelam dalam kehilangannya,
adalah mereka yang memilih menetap di atas lukanya. Bukan lantas melangkah,
mencoba menemukan obat yang mampu menyembuhkan luka itu. -fa
*******
Untuk dia yang sedang saya cintai saat ini, “Aku mencintaimu yang sekarang.” Kenapa? Karena saya tahu setiap orang punya masa lalu. Dan saya tidak perlu berurusan dengan masa lalu tersebut–seperti saya pun tidak ingin orang lain harus ikut memikirkan masa lalu saya. Saya sendiri tidak pernah ingin lagi memikirkannya. Bahkan menyebut nama mereka di hadapannya saja rasanya tidak perlu.
Tidak ada yang punya kisah hidup yang sempurna, namun saya
percaya setiap cela yang pernah datang selalu berhasil menguatkan–bila dihadapi
dengan berani dan bertanggung-jawab. Apalagi untuk setiap hal baik yang sudah
tumbuh di dalam dirinya, yang saya perlukan hanyalah merawatnya dengan lebih
baik lagi
Kita melewati segalanya di hari kemarin hanya untuk kemudian
saling menemukan di hari ini. Dan untuk setiap wajah yang pernah singgah di
dalam hidupnya, saya sungguh berterima kasih pada kalian. Terima kasih karena
pernah sempat menyayangi atau pun menyakiti pria yang sedang saya cintai saat
ini. Tanpa kalian, tentu saja dia tidak akan mendewasa dan berhasil
membuat saya jatuh cinta.
Tuhan selalu memberi apa yang pantas kita dapatkan.
Comments
Post a Comment