Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2016

Ke-Ningrat(-Ningratan)

Gambarnya ga terlalu nyambung sih. Untuk mengubah suatu tradisi pasti membutuhkan proses yang sangat panjang dan lama, tidak bisa langsung cling “ avra kadavra” . Nabi Muhammad misalnya yang salah satu misinya adalah menghapus tradisi perbudakan. Beliau sempat memiliki budak kira-kira sebanyak 70 orang. Utsman bin Affan memiliki budak sebanyak 1000 orang. Bahkan setelah Nabi wafat, perbudakan masih menjamur, hanya saja perlahan mulai bergeser fungsi dan derajatnya. Budak-budak bukan lagi orang yang lemah dan tak punya pilihan. Mereka justru direkrut, diseleksi, dan digodok dalam berbagai aspek kehidupan sebelum terjun ke bidang masing-masing. Bahkan di zaman pertengahan, budak bisa menjadi seorang negarawan. Salah satu contoh yang cukup dikenal dalam hal itu adalah Sultan Mamluk, Al-Mansur Qalawun Al-Alfi (1280-1290 M). Nama terakhirnya didapat karena ia dulunya dibeli seharga 1000 dinar. Ratusan tahun berlalu, dengan proses yang panjang barulah sistem perbudakan secara de jure

Mengenang Y

Jika empat belas remaja bergerombol memperkosa satu anak dara, Kita tidak bisa berkata: “Selalu ada psikopat di antara kita” Jika empat anak tanggung berkawanan membungkam gadis yang sendiri, Kita tidak bisa berkata: “Wanita harus bisa jaga diri” Jika sekumpulan lelaki merajam satu dua tiga perempuan, Kita tidak bisa berkata: “Tegakkan moral dan agama” Kita tak bisa lagi mengandalkan hanya hukum yang  memenjarakan si pelaku maupun korban Kita tak bisa lagi bicara tegakkan ini tegakkan itu Persis sebab “tegakkan” adalah bahasa jejantan Bahasa kekerasan Bahasa yang motifnya kekuasaan Kita telah terjebak di dalamnya Kita ajar anak-anak itu jadi pangeran Dan mainannya bukan hanya layang-layang, tapi jug dayang-dayang Yang boleh diterbangkan, diputus, dikoyakkan Sebab mereka hanyalah kepunyaan (Selama lelaki dididik melihat perempuan sebagai kepunyaan, selama itu ia berhasrat menguasai) Bahasa kekerasan, Kita telah terjebak di dalam