Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2016

To Be Better

Perban sudah dicopot, benang sudah dilepas, 4 jahitan, panjangnya 2 cm. Karena hanya mencopot jahitan ( hecting aff ), dua perawat saja yang menangani, satu laki-laki satu perempuan. Yang laki-laki adalah perawat yang kemarin ikut dalam sesi operasi, Mas Herdi namanya.  Perawat yang perempuan heran, “Hah, empat jahitan?” Saya timpali, “Kenapa Bu? Banyak banget kah?” Bu perawat, “Ya untuk ukuran luka segitu termasuk banyak.” Mas Herdi, “La wingi njaluke rapi kok, yo empat jahitan to.” Hahaha, ya deh… tul. Tapi kemarin saya berharap tidak ada bekasnya juga, bukan sekadar rapi. Sip sip. Selama belum kering, saya masih belum bisa memastikan apakah akan ada bekasnya atau tidak,  apakah akan semulus pantat bayi atau tidak, karena setelah konsultasi dari berbagai sumber dan kalangan, beda-beda jawabnya. Seminggu yang lalu dr. Tomo bilang, “Ada bekasnya sedikit”, kemudian kebanyakan orang yang pernah menjalani luka jahit bekas operasi juga bilang biasanya pasti ada bek

ﻤﻴﻼ ﺪ ﻚ ﺴﻌﻴﺪ ﯿﺎ ﻨﺒﻲ

Selamat ulang tahun, Kanjeng Nabi… Hari  ini, 1445 tahun yang lalu kau lahir. Bagaimana penampakan dunia masa itu, Ya Nabi? Gelap kah? Tadi pagi seseorang bercerita panjang lebar mengenai sejarah dan kehidupan masa lampau. Di tengah-tengah ceritanya dia bilang bahwa kami orang Indonesia sangat kurang sekali dalam penguasaan sejarah. Sejarah bagi orang Indonesia dimulai tahun 1945, bahkan dimulai sejak tahun kelahiran masing-masing. Sedangkan sebelum itu dunia serasa gelap sekali. Berbeda dengan orang Eropa yang sangat mencintai sejarah. Hal ini dapat dilihat dari peninggalan-peninggalannya berupa bangunan megah dan mewah warisan zaman dahulu yang masih ada hingga sekarang. Orang-orang barat dahulu berlomba-lomba membuat dinasti sebesar-besarnya untuk dikenang anak cucunya. Kata dia, kurangnya minat tentang sejarah ini tidak lepas dari pengaruh Islam. Islam tidak menganjurkan membangun sesuatu dengan megah untuk dikenang. Islam melarang orang mewariskan sesuatu berupa bang

N O

Hari ini kontrol. Kalau memungkinkan, perban akan dilepas. Seperti apa lukanya? Jujur aku belum siap atas perubahan. Bapak bilang, pulang saja kalau merasa tertekan. Di rumah biar bisa dirawat sama-sama dan lebih tenang. Ibu bilang, yang sabar… Semua akan baik-baik saja. Bekas luka tidak akan memengaruhi apapun yang ada dalam dirimu. Luka bekas operasi di wajah akan sulit hilang, bahkan tidak bisa. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah perbanyak konsumsi vitamin E dan C. Ada cara pintas yang biasanya dilakukan orang lain, menggunakan krim retin atau bahan-bahan kimia lain. Bahkan operasi lagi dengan laser. Dan tetap saja, aku masih sulit menerima kenyataan. Siapa manusia paling lebay di dunia ini? Akukah? Aku bahkan belum melihat seberapa besar dan seberapa panjang lukanya, tapi sudah kepikiran setengah hidup dan menangis sepanjang malam. Karena sakit kali ini benar-benar lain. Rasanya butuh sekali dorongan dan semangat. Energi dalam diri tinggal kerak. Aku

Peka

Seandainya kekerasan dalam segi hukum tidak hanya dinilai dari bukti fisik, tetapi psikis, pastilah orang-orang paham bahwa sebagian besar mereka yang bunuh diri itu sejatinya hanyalah korban pembunuhan. Fisik bisa diperban, tampak oleh mata. Namun, bagaimana dengan hati yang tersayat, jantung yang tak sudi lagi difungsikan, apalagi darah yang tak sampai teraliri ke otak. Berhenti pada satu titik, lalu tersumbat. Setiap detik menekan syaraf lainnya. Menggelapkan pandangan. Mengaburkan kewarasan. Perut apabila mendapat tekanan dari ujung pisau, maka semburat darah segar berhamburan keluar. Akibat apa? Ada tekanan. Leher apabila tertekan oleh seikat tali bersimpul yang tergantung, maka menghambat jalur pernapasan, sesak, pengap, menghentikan pompa jantung. Akibat apa? Ada tekanan. Dalam hukum, seseorang yang mengetahui adanya tindak kekerasan, tetapi ia justru mendiamkan, membiarkan, seolah mengizinkan kezaliman itu terus menyiksa korban, pastilah ia juga bisa dijerat pasa

Penyakit apa ini, Ngganjelnya Melebihi Nahan Kangen

Hari ini jadi operasi. Alhamdulillah si Yusuf mau dimajuin jam belajarnya yang sebelumnya pkl 10.00 jadi 7.30 WIB. Dag dig dug der rasanya antara penasaran dan takut. Penasaran karena ini pertama kalinya saya akan menjalani pembedahan, takut karena… ya sama sih karena ini pertama kali saya akan menjalani pembedahan. Apalagi pembedahannya pas di bawah mata. Saran dari Fatna, ke RS jangan sendirian apalagi mau operasi (ya biar ga keliatan jomblo banget lah).  Untung ada Yenni yang bersedia menemani prosesi menegangkan itu. Maka setelah selesai ngeles tanpa basa-basi kujemput Yenni di kos dan berangkat ke bakal TKP. Ternyata panjang urusannya karena baru pertama kali ke RSA UGM. Beruntung sekali hari itu dokter bedah selo, sepertinya saya pasien paling awal yang akan menjalani operasi kecil. Ohya, ralat ya yang kemarin buka Suprema, tapi Fibroma. Dokter berulang-ulang menanyakan keputusan saya apakah siap dioperasi atau tidak. Saran beliau tentu saja dioperasi. Yang membuat d

Hello April, Thanks for the Surprises

Bulan ini banyak sekali pelajaran selain dari perkuliahan yang saya terima, mulai dari pelajaran pedagogis, matematika, IPA, ekonomi, medis, dan yang paling penting, tetang ketabahan mengarungi hidup.  Eaa, alay. Sebenarnya kalau mau dirunut semua ini berawal dari akhir Maret, minggu uts.  Mulai akhir Maret, job mengajar privat padat sekali karena anak-anak menjelang ujian. Mulai akhir Maret, uts berlangsung (sebenarnya ini tidak terlalu penting diceritakan karena memang sudah seharusnya berlangsung). Mulai akhir Maret, kaki saya yang mulanya luka ringan biasa di bagian dalam jari telunjuk, mulai menjalar ke mana-mana akibat infeksi karena sering terkena air hujan. Dan ini dia yang tak kunjung berakhir sampai pertengahan April ini. Infeksi, Praktik Fiqih Subbab Muzzah Oleh karena uts di fakultas saya tidak dijadwalkan alias uts terserah dosen tiap-tiap mata kuliah, maka ujian itu terasa lamaaa sekali, tiga minggu. Padahal sih selo. Selo sih, tapi menyiksa. Why? Tau kan ka