Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2016

Aku Mencarimu

Aku mencarimu Sepanjang purnama dan musim bunga padma Aku mencarimu Sedalam buaian kasih Ayahanda Aku mencarimu Sejauh rindu yang tertatih dalam diam Aku menemukanmu di depanku Dalam baris jamaah tentara shubuh . . . . . . . *Jangan suka baperan kalo anak sastra posting tulisan!

Bapak part 2

Bapak Sekarang Kami mengulang kehidupan dari awal lagi semenjak saya berusia 8 tahun. Pindah rumah, pindah sekolah, berpisah dengan teman-teman, meninggalkan kota dan pergi ke sebuah desa bernama Jungpasir. Bapak sekarang masih tetap ganteng, hanya saja bertambah tua dan hitam karena bekerja di sawah. Ini adalah sebuah jungkir balik dunia Bapak karena dulu hanya dia anak Mbah satu-satunya yang tidak mau ngencik sawah. Dia mulai mau benar-benar terjun ke sawah setelah adik saya yang kedua lahir, yaitu ketika saya berusia 13 tahun. Semenjak itu Bapak benar-benar meninggalkan Jakarta. Sampai saat ini Bapak masih sering khawatir kalau saya berangkat ke Jogja. Tidak hanya sekali Bapak ngotot mengantar saya sampai Semarang karena tidak tega kalau saya sesak-sesakan sendirian di bus jurusan Jepara-Semarang yang sangat brutal itu. Mending ya kalau mengantarnya pakai sepeda motor, lah Bapak mengantar saya dengan ikut naik bus, membawakan barang bawaan saya, dan menunggu bus di Terboyo

Bapak part 1

Dari kemarin-kemarin ingin sekali membuat tulisan tentang Bapak. Apalagi kemarin teman saya meminta izin hari-hari ini tidak bisa menemani saya karena dia harus pulang kampung, Bapaknya di opname . Saya jadi tambah ingat Bapak sekaligus merindukannya. Bahkan semalam sampai menangis mengingat-ingat segalanya. Eh ternyata ini hari Ayah, 12 November. Pas lah momennya. My Little Me Saya bersyukur dilahirkan sebagai anak pertama, anak yang menyaksikan sendiri perjuangan sepasang suami isteri yang baru memulai rumah tangga. Benar-benar dari nol mereka berjuang karena jauh dari kedua orang tua. Orang tua Bapak di Demak, orang tua Ibu di Kutoarjo. Setau saya –yang tentu saja juga tau dari mereka, mereka mengontrak rumah di daerah Ciledug sejak menikah. Bapak berjualan buah di daerah Blok M, Ibu sesekali membantu di konveksi milik Bude yang rumahnya tidak jauh dari tempat tinggal kami. Setahun lebih sebulan setelah mereka menikah, tepatnya hari Sabtu Wage saat matahari sedang bersi

I am Who I am

Sudah pernah tes kepribadian? Sudah dong pasti. Entah mengapa dari dulu saya suka sekali mencari tahu tipe-tipe kepribadian diri sendiri. Setiap ada tes kepribadian baik dari buku, dari youtube , dari google , bahkan dari tebak-tebakan orang lain pun saya tertarik. Dan pokoknya hal-hal yang berbau psikologi, saya suka. Sejak lulus MIN (setingkat SD), saya senang meminjam buku-buku yang tidak ada di perpustakaan MTs (setingkat SMP) dari guru saya. Paling digemari ya buku tentang psikologi selain sejarah dan novel. Saya merasa de javu karena sore ini disodorkan lagi buku untuk mengetahui kepribadian diri sendiri melalui MBTI Assessment . Kelas VIII (kalau tidak salah ingat) saya pernah membaca buku berjudul Psikologi Jung (Nama lengkapnya Carl Gustav Jung). Hanya buku fotokopian sih yang saya baca, ukuran A5 sampulnya biru kertas buffalo. Ada di buku diary saya mengenai kesan terhadap buku tersebut. Salah satu yang saya ingat betul terdapat dalam buku itu adalah tipe-tipe sekaligu

Takdir

Aku tidak pernah meminta siapa pun tuk datang di sisiku, termasuk kamu.  Sebab aku tahu, untuk mengerti diriku saja, rumit.  Apa iya aku bisa menjadi sosok pengertian untukmu? Aku tak pernah menahan siapa pun untuk tak pergi dari jiwaku, termasuk kamu.  Sebab aku tahu, untuk menahan gejolak egoku saja, sulit.  Apa iya aku punya kekuatan mempertahankanmu? Bila aku kau kategorikan datang dalam hidupmu menyayangimu, memerhatikanmu, dan tetap setia menggenggam erat jemarimu meski kau kadang berbuat salah di belakangku, ketahuilah sungguh itu bukan mauku. Begitu juga bila suatu hari kau merasakan upayaku untuk terlepas darimu, ketahuilah, sungguh itu juga bukan inginku. Ada sesuatu yang hanya bisa kita jalani, bukan ciptakan.  Bahwa aku dan kamu bertemu, lalu kelak berpisah bukanlah kemauan kita, tetapi justru kehendak-Nya.  Begitu juga berlaku pada seberapa hebat aku bertahan sekaligus mempertahankan.  Ada peran-Nya yang tak bisa kita tepikan. Kau boleh hitu

A. Suudi

Kemarin adalah hari ini, Esok adalah impian masa kini. Seni itu panjang,  agama itu dalam,  dan hidup itu pendek. . . . . (Ditulis saat sedang lembur. Seperti biasa, saat-saat kepepet seperti ini justru kepikiran ingin membuat ini ingin membuat itu, ingin menulis ini ingin menulis itu, padahal dosen pembimbing esok pagi menunggu).