Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2014

Bait Bait Itu Lagi

Untuk ke sekian kalinya aku berada di titik jenuh. Bahkan tuk sekedar mengaji diniyyah seperti malam-malam biasanya pun aku enggan. Padahal nahwu lho pelajarannya. Ya justru karena nahwu itu. Aku DOWN!!! Aku sakit hati pada sikapku sendiri selama ini.   Sejak aku tertarik membaca lagi bait-bait alfiyah, kemudian aku memposting catatan tentang bait-bait alfiyyah itu di blogku, hatiku mulai terbuka. Sepertinya aku  siuman dari kebodohanku, meskipun sekarang masih bodoh, setidaknya sekarang lebih sadar. Membaca catatan-catatanku sendiri, terutama: “Di Balik Bait yang Menyentuh Hati 1 dan 2” di blog   http://diansofiaa.blogspot.com/ tiba-tiba hatiku ngilu. Sakit sekali rasanya. Aku ingat semangatku di tahun pertama mempelajari karya spektakuler itu. Disediakan waktu tiga tahun untuk mengkhatamkan setoran bait-baitnya, itu pun tak harus 1002, 750 saja sudah lulus. Dan saking semangatnya, aku berambisi mengkhatamkan 1002 bait dalam jangka setahun. Berhasil, bahkan sebelum genap setahun

Di Balik Bait yang Menyentuh Hati 2

Kali ini tentang cinta. Cerdasnya itu orang yang bisa menghubung-hubungkan bait-bait alfiyah dengan cinta. Mewakili kegamanganku pula isinya. Wes jannn... santri Sarang!!! Ini saya beri sedikit tambahan kata-kata dari saya. Meskipun begitu, ide pokoknya tetap dari teman saya itu. Sayangnya, sepertinya ada yang terdistorsi karena keteledoran saya. Mau nyari lagi ketemunya lama... Ah, ya udah ini dulu ya ^_^ "Faqod yakunaani munakkaroini, kama yakunaani mu'arrofaini” "Alfiyah Ibnu Malik bab Atof bait 537" Terkadang pasangan suami istri itu ditemukan secara kebetulan sama tidak mengenalnya, dan terkadang keduanya sudah mengenal sejak kecil. Menikah adalah saat dimana ketidaksempurnaan bukan masalah yang dipermasalahkan Saat dimana ketulusan diikatkan sebagai senyum kasih Saat dimana kesendirian dicampakkan sebagai kebersamaan Saat dimana kesetiaan harga mati yang tak bisa dilelang Gadis perawan bagaikan penghalang dan satir bagi laki-laki yang

Edisi Kahlil Gibran

Aku menemukan catatan ini di buku lama, tertulis tahun 2012 “Peradaban modern telah membuat wanita menjadi sedikit lebih bijaksana. Namun hal itu menyebabkan penderitaan yang lebih berat baginya karena ketamakan laki-laki. Di masa lalu wanita berjalan dalam cahaya dengan mata buta, namun sekarang ia berjalan dengan mata nyalang dalam kegelapan. Dulu ia anggun dalam kebersahajaan, dan perkasa dalam kelemahan. Kini ia menjadi buruk dan terlalu lincah, picik, dan tanpa hati nurani dalam ilmu pengetahuannya.” (Kahlil Gibran)             Tuan Gibran, aku mengagumi karya-karyamu sejak kecil. Anda adalah

Di Balik Bait yang Menyentuh Hati 1

Tak sengaja membaca status seorang teman di facebook yang menyitir   bait alfiyah tentang sebagian kecil filosofi di balik ilmu nahwu. Statusnya mengajak saya bernostalgia ke masa 3 tahun yang lalu dimana saya ditempa dan dipaksa belajar ilmu nahwu kelas alfiyah yang saat itu menjadi momok bagi para santri, apalagi santri abangan sepertiku. Alhamdulillah ketika itu

Kita, Inlander?

Hari ini belajar tentang mental inlander, yaitu sebutan ejekan untuk kita para korban jajahan asing sejak zaman kolonial Belanda dahulu. Ada yang bilang bahwa mental inlander adalah   sidrom minder, rasa rendah diri, dan inferior. Amien Rais dalam bukunya “Agenda Mendesak Bangsa, Selamatkan Indonesia!” ciri-ciri mental inlander ada tiga, yaitu:

Menarik Ya ^_^

Kadang sulit sekali jujur pada hati Manakala banyak sosok yang patut dikagumi Egoku selalu menepis dan katakan, “Hati-hati, jaga hati, jangan sampai jatuh hati” Padahal kalau mau jujur Sebenarnya... Sosok cerdas dan wajah tampanmu itu, menarik ya ternyata ^_^ Jogja, 7 Februari 2014 Lhaiya, status seperti itu ternyata membuat beberapa orang

Renung & Canda

Alhamdulillah kesampean juga naik TJ (Trans Jogja). Alhamdulillah lagi, liburan kali ini tidak ada nafsu untuk membeli pakaian atau aksesoris apapun seperti ketika awal-awal tinggal di kota ini. Nafsu saya yang terbesar adalah ingin belanja buku-buku yang agak berat (haha), maksudnya bukan lagi sekedar novel atau kisah-kisah yang umumnya hanya sekali baca. Kalau bisa yang murah. Dan alhamdulillah kesampean juga... Ada empat buku yang saya beli kemarin, yaitu: Renung & Canda Pelawak Bersorban, Hayy bin Yaqdzan karya Ibnu Thufail, Perlawanan Santri Pinggiran, dan Palestine’s Children. Semuanya bagus. Dan terjangkau harganya tentunya ^^. Ingin berbagi sedikit kisah dalam buku Renung & Canda Pelawak Bersorban, check this out! Tangan Tuhan “Guru, dalam teori ekonomi