Skip to main content

Di Balik Bait yang Menyentuh Hati 1





Tak sengaja membaca status seorang teman di facebook yang menyitir  bait alfiyah tentang sebagian kecil filosofi di balik ilmu nahwu. Statusnya mengajak saya bernostalgia ke masa 3 tahun yang lalu dimana saya ditempa dan dipaksa belajar ilmu nahwu kelas alfiyah yang saat itu menjadi momok bagi para santri, apalagi santri abangan sepertiku.
Alhamdulillah ketika itu
sudah mulai mendapat hidayah dari Allah hingga saya mau berusaha menghafal dan mempelajarinya sungguh-sungguh. Dan akhirnya ya paham meskipun sedikit-sedikit, yang penting bisa mengikuti. Menyesal sekali sebenarnya, mengapa baru ketika itu? Padahal ilmu nahwu sudah diajarkan pada saya jauh 4 tahun sebelum itu. Astaghfirullah...
Setelah membaca, saya jadi tertarik menuliskannya dengan bahasa dan cara sendiri untuk dijadikan koleksi di blog ini. Semoga bermanfaat juga bagi orang lain dan terimakasih buat shohibul status atas ijinnya.

"Warrof'u Wan Nashbu Wajarrinaash Sholaah, Ka'rif Binaa Faiinnanaa Nilnaa Al Minaah"

Banyak orang yang berbicara tentang kedudukan, pangkat dan kehinaanku, seperti apa yang telah kalian ketahui. Sesungguhnya aku telah mendapat anugerah dari Gusti Allah.
(Alfiyah ibn Malik bait 23 bab Mu’rob wal Mabni)

Sejak kecil kita tentu pernah diajar mengaji mulai alif fathah tanwin “An”, alif dhommah tanwin “Un”, alif kasroh tanwin “In”.
Fathah       = buka
Dhommah = kumpul
Kasroh       = pecah

Jika seorang hamba sudah terbuka hatinya akan mengumpulkan, mengerti ilmu Allah SWT dengan ma’rifat, dan ia dapat memecahkan masalah-masalah yang ada di dunia ini dengan ijin dan ridho Allah SWT.
Kalau menurut ilmu nahwunya, fathah itu mahalnya nashob, dhommah tu mahalnya rofa’, dan kasroh itu mahalnya jer.

            Nashob = pangkat atau kemewahan
Rofa’    = kedudukan
Jer        = memilih, mengalir, menunduk (rendah hati)

Seseorang mempunyai pangkat atau gelar jika ia sudah terbuka hatinya. Sama halnya, seseorang bisa memiliki kedudukan (menjadi waliyullah) jika memang ia sudah ma’rifat dengan Allah, dan orang seperti itu tentu akan rendah hati dalam segala tingkh lakunya (andap asor).

“Ya Allah, hamba menyukai orang-orang yang sholeh meskipun hamba tidak termasuk di antara mereka. Dan hamba membenci orang-orang yang zalim meskipun hamba termasuk salah satu di antara mereka.”
Yogyakarta, 20 Februari 2014

Comments

Most read

Di Balik Bait yang Menyentuh Hati 2

Kali ini tentang cinta. Cerdasnya itu orang yang bisa menghubung-hubungkan bait-bait alfiyah dengan cinta. Mewakili kegamanganku pula isinya. Wes jannn... santri Sarang!!! Ini saya beri sedikit tambahan kata-kata dari saya. Meskipun begitu, ide pokoknya tetap dari teman saya itu. Sayangnya, sepertinya ada yang terdistorsi karena keteledoran saya. Mau nyari lagi ketemunya lama... Ah, ya udah ini dulu ya ^_^ "Faqod yakunaani munakkaroini, kama yakunaani mu'arrofaini” "Alfiyah Ibnu Malik bab Atof bait 537" Terkadang pasangan suami istri itu ditemukan secara kebetulan sama tidak mengenalnya, dan terkadang keduanya sudah mengenal sejak kecil. Menikah adalah saat dimana ketidaksempurnaan bukan masalah yang dipermasalahkan Saat dimana ketulusan diikatkan sebagai senyum kasih Saat dimana kesendirian dicampakkan sebagai kebersamaan Saat dimana kesetiaan harga mati yang tak bisa dilelang Gadis perawan bagaikan penghalang dan satir bagi laki-laki yang