Skip to main content

Bait Bait Itu Lagi

Untuk ke sekian kalinya aku berada di titik jenuh. Bahkan tuk sekedar mengaji diniyyah seperti malam-malam biasanya pun aku enggan. Padahal nahwu lho pelajarannya. Ya justru karena nahwu itu. Aku DOWN!!! Aku sakit hati pada sikapku sendiri selama ini.
 Sejak aku tertarik membaca lagi bait-bait alfiyah, kemudian aku memposting catatan tentang bait-bait alfiyyah itu di blogku, hatiku mulai terbuka. Sepertinya aku siuman dari kebodohanku, meskipun sekarang masih bodoh, setidaknya sekarang lebih sadar. Membaca catatan-catatanku sendiri, terutama: “Di Balik Bait yang Menyentuh Hati 1 dan 2” di blog http://diansofiaa.blogspot.com/ tiba-tiba hatiku ngilu. Sakit sekali rasanya. Aku ingat semangatku di tahun pertama mempelajari karya spektakuler itu. Disediakan waktu tiga tahun untuk mengkhatamkan setoran bait-baitnya, itu pun tak harus 1002, 750 saja sudah lulus. Dan saking semangatnya, aku berambisi mengkhatamkan 1002 bait dalam jangka setahun. Berhasil, bahkan sebelum genap setahun.
            Tambah pilu rasanya, memikirkan betapa hebat mereka yang begitu piawai menerjemahkan bait-bait itu secara filosofis. Sedangkan aku??? Makna murodnya saja sudah di luar kepala (maksudnya hilang, amnesia).
Sampai sekarang, tanganku masih gemetar memegang kitab itu. Aku merasa bersalah. Sangat bersalah.
Ya Allah, aku berharap kebijaksanaan-Mu...
Terserah bagaimana pun keputusan-Mu, yang penting Engku ridho :’(

Comments

Most read

Di Balik Bait yang Menyentuh Hati 2

Kali ini tentang cinta. Cerdasnya itu orang yang bisa menghubung-hubungkan bait-bait alfiyah dengan cinta. Mewakili kegamanganku pula isinya. Wes jannn... santri Sarang!!! Ini saya beri sedikit tambahan kata-kata dari saya. Meskipun begitu, ide pokoknya tetap dari teman saya itu. Sayangnya, sepertinya ada yang terdistorsi karena keteledoran saya. Mau nyari lagi ketemunya lama... Ah, ya udah ini dulu ya ^_^ "Faqod yakunaani munakkaroini, kama yakunaani mu'arrofaini” "Alfiyah Ibnu Malik bab Atof bait 537" Terkadang pasangan suami istri itu ditemukan secara kebetulan sama tidak mengenalnya, dan terkadang keduanya sudah mengenal sejak kecil. Menikah adalah saat dimana ketidaksempurnaan bukan masalah yang dipermasalahkan Saat dimana ketulusan diikatkan sebagai senyum kasih Saat dimana kesendirian dicampakkan sebagai kebersamaan Saat dimana kesetiaan harga mati yang tak bisa dilelang Gadis perawan bagaikan penghalang dan satir bagi laki-laki yang