Skip to main content

Tentang Kedatangan dan Mengunci Pintu


“Kalau masih belum berhenti mencari, berarti kau belum menemukan apa yang kau cari.”

Di dunia ini tidak ada hal-hal baik yang tiba-tiba jatuh dari langit, semua pasti sudah ada yang mengatur, termasuk jodoh termasuk rizki, hanya terkadang belum sampai saja, kita yang harus menjemputnya. Dengan apa? Dengan doa.

Almarhum Kyai saya pernah berkata bahwa tanda-tanda doa yang mustajabah adalah ketika seseorang tidak bosan-bosan mengulang doa itu. Contohnya: belum lama ini, tepatnya hari-hari setelah wisuda adalah saat-saat paling massif orang-orang mulai menanyakan hal-hal yang sebelumnya jarang ditanyakan pada saya (you know what I mean). Dan saya punya jawaban yang cukup menjawab bagi saya tapi tidak menjawab bagi mereka, “Nanti ya, aku masih pengen belajar, masih pengen jalan-jalan, dan masih pengen jatuh cinta.”

Saya rasa perkataan di atas menjadi doa yang diulang-ulang tanpa sengaja. Saya sungguh diberi waktu dan kesempatan oleh Allah untuk lebih banyak belajar hal-hal lain, jalan-jalan, dan… jatuh cinta. Tidak berapa lama setelah wisuda.

Waktu itu ada tamu yang mengetuk pintu dengan perlahan, pelan tapi pasti dia tahu kalau saya sedang menanti-nanti seseorang untuk berkunjung. Ya, bagi saya, tamu dipersilahkan masuk bukan karena dia siapa, melainkan karena waktu yang tepat. Adapun soal dia siapa, itu bonus.

***

Katanya, ada sesuatu yang menggerakkan kakinya untuk dengan mantap berkunjung ke sini.
Obrolan kami mengalir deras seperti kawan lama yang bertahun-tahun berpisah lalu dipertemukan kembali.
Kami membicarakan masa depan dengan visi misi yang, waw, sama.
Kami membicarakan hal-hal yang sebelumnya hanya ada dalam angan kami masing-masing.
Kami membicarakan isi rumah masing-masing.
Kami membicarakan dapur kami masing-masing.
Lalu baru kali ini saya rasanya sungguh ingin menutup pintu agar tidak ada yang masuk lagi dan mengganggu obrolan kami.

Waktu berjalan dan saya rasa sudah saatnya mengunci pintu.
Menganggapnya sebagai bagian dari penghuni rumah ini.

Satu dan selamanya.

Comments

Most read

Di Balik Bait yang Menyentuh Hati 2

Kali ini tentang cinta. Cerdasnya itu orang yang bisa menghubung-hubungkan bait-bait alfiyah dengan cinta. Mewakili kegamanganku pula isinya. Wes jannn... santri Sarang!!! Ini saya beri sedikit tambahan kata-kata dari saya. Meskipun begitu, ide pokoknya tetap dari teman saya itu. Sayangnya, sepertinya ada yang terdistorsi karena keteledoran saya. Mau nyari lagi ketemunya lama... Ah, ya udah ini dulu ya ^_^ "Faqod yakunaani munakkaroini, kama yakunaani mu'arrofaini” "Alfiyah Ibnu Malik bab Atof bait 537" Terkadang pasangan suami istri itu ditemukan secara kebetulan sama tidak mengenalnya, dan terkadang keduanya sudah mengenal sejak kecil. Menikah adalah saat dimana ketidaksempurnaan bukan masalah yang dipermasalahkan Saat dimana ketulusan diikatkan sebagai senyum kasih Saat dimana kesendirian dicampakkan sebagai kebersamaan Saat dimana kesetiaan harga mati yang tak bisa dilelang Gadis perawan bagaikan penghalang dan satir bagi laki-laki yang